LAPORAN FIELDTRIP
GEOMORFOLOGI
DAERAH IMOGIRI DAN
SEKITARNYA
DI SUSUN OLEH
MARIA KOLUMBA MALI
410014211
SEKOLAH TINGGI
TEKNOLOGI NASIONAL YOGYAKARTA
JURUSAN TEKNIK GEOLOGI
S1
2014
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Maksud
dan Tujuan :
Maksud dan
tujuan di adakan fieldtrip geomorfologi adalah untuk memperkenalkan dan
membantu pemahaman mahasiswa dalam berbagai bentuk bentang alam yang di
pelajari di dalam geomorfologi dan dapat melihat langsung proses yang terjadi
di alam atau lapangan, membantu pedalaman materi perkuliahan geomorfologi serta
kemampuan analisa praktikan melihat
berbagai bentuk bentang alam yang ada.
Pembuatan laporan
fieltrip ini bertujuan sebagai bentuk pertanggung jawaban praktikan yang telah mengikuti kegiatan fieltrip, di harakan bahwa praktikan
mampu melaporkan hasil pengamatannya di lapangan, dan hal- hal yang di temukan di lapangan dari berbagai bentang alam yang di amati, dapat
membantu mengulas kembali pemahaman praktikan tentang berbagai data geologi yang di amati langsung di lapangan.
1.2 Letak dan
Kesampaian Daerah
Letak
lokasi fieltrip berada di daerah Imogiri, Yogyakarta berupa 3 (tiga) stopsite,
yaitu
·
lokasi pertama Gumuk
Pasir, Parangkusumo, Yogyakarta, lokasi pertama merupakan daerah bentang alam
eolian yang berdekatan dengan daerah bentang alam merin di daerah pantai
parangtritis, Yogyakarta.
·
Lokasi kedua di daerah
Lenteng Satu, Solopamioro, Kab. Bantul, Yogyakarta
Yang merupakan
bentang alam stuktural, lokasi ini berada dekat dengan bentang alam fluvial
yaitu Kali Oyo yang di lewati sebelum sampai ke lokasi ke kedua.
·
Lokasi ke tiga di
daerah tempat wisata Gua Gajah, Lemahabang, Kec.Blingo, Yogyakarta. Yang
merupakan daerah bentang alam kars, berupa endokars dan eksokars.
Kesampaian
daerah lokasi pengamatan :
Perjalanan
menuju lokasi pengamatan di mulai pada pukul 08.00 WIB, untuk sampai ke lokasi
pengamatan berangkat menggunakan bus, dari kampus STTNAS Yogyakarta ke lokasi
pengamatan pertama memakan waktu sekitar 50 menit, lokasi pengamatan pertama
merupakan daerah bentang alam eolian berupa Gumuk Pasir.
BAB II
DASAR TEORI
2.1 Bentang Alam Fluvial
Bentang
alam sungai (fluvial) adalah bentuk – bentuk bentang alam yang terjadi akibat
dari proses fluvial. Padaha kenyataannya aliran sungai terbentuk oleh adanya sumber
air, baik air hujan, mencairnya es, ataupun munculnya mata air, dan adanya relief permukaan bumi.
Air hujan setelah jatuh dipermukaan bumi mengalami evaporasi, merembas kedalam tanah,
diserap tumbuh – tumbuhan dan binatang, transpirasi, dan sisanya mengalir dipermukaan
sebagai ‘surface run off’. Run off ini dapat segera setelah hujan atapun muncul
kemudian melalui proses resapan dulu kedalam tanah sebagai air tanah dan muncul
kembali pada mata air.
Stadia sungai :
a.
Youth (Sungai Muda)
Terjal,
gradient besar dan berarus sangat cepat atau deras .Kegiatan erosi sangat kuat,
khususnya erosi kebawah atau vertical .Terdapat air terjun, kaskade, penampang
longitudinal takteratur, longsoran banyak terjadi pada tebing – tebingnya.
b.
Mature (Sungai Dewasa)
Mengalami
pengurangan gradient, sehingga kecepatan alirannya berkurang. Daya angkut erosi
berkurang. Tercapai kondisi keseimbangan penampangnya ‘graded’ hanya cukup untuk
membawa beban (load), terdapat variasi antara erosi dan sedimentasi,
terusmemperlebar lembahnya, dan mengembangkan lantai datar.
c.
Old Stream (Sungai Tua)
Dataranbanjir,
dibantaran yang lebar sungai biasanya mengembangakan pola berkelok (meander),
oxbow lakes, alur teranyam, tanggulalam, dan undak-undak sungai menunjukan kondisi
‘graded’.
Cara pengangkutan muatan hasil Erosi
Menurut
Lobeck, ada 3 cara yang dilakukan sungai berdasarkan besar butiran yang
terangkut, yaitu :
1.
Menggelindingkan muatan erosi didasar sungai, terjadi jika muatan-muatan yang
diangkut berbutir besar dengan kecepatan arus
besar digradient.
2.
Melompat – lompatkan muatan hasil erosi, terjadi jika muatan – muatan yang
diangkut berbutir sedang dengan kecepatan arus sedang.
3.
Melarutkan muatan hasil erosi, terjadi jika muatan yang diangkut berbutir halus
dengan kecepatan arus lambat.
Siklus Erosi
Siklus
erosi sering juga disebut siklus Geografi atau siklus Geomorfologi
(geographical or geomorphologic cycle) yang sebenarnya menyangkut tahapan yang
dilalui oleh masa lahan demi waktu kewaktu sejak pengangkatan hingga menjadi peneplane.
a.
Tahapan muda (youth stage)
Suatu
daerah setelah pengangkatan yang cepat dicirikan dengan pengikisan sungai yang
tajam dan dalam. Jarak antara sungai satu dengan lainnya dapat berjauhan. Makin
lama punggungan antara sungai menjadi menyempit dan menjadi punggungan yang
tajam.
b.
TahapanDewasa (Mature Stage)
Tebing
sungai makin melandai .Puncak – puncak tajam dari punggungannya rendah lebih cepat
dari pada kikisan dasar sungai. Relief menjadi berkurang .Punggungan menjadi membulat
dan penampang melintang sungai menjadi konkav keatas.
c.
TahapanTua (Old Stage)
Lembah
dengan penampang terbuka, tanpa dataran banjir, cenderung disebabkan oleh pengangkatan
yang lambat sedangkan kehadiran dataran banjir pada dasar lembah yang lebar dengan
tebing terjal cenderung terbentuk oleh pengangkatan cepat.
Peneplane
Peneplane
adalah bentuk daratan yang hampir rata dengan permukaan air laut disebabkan oleh
erosi. Permukaannya tidak rata, tetapi sedikit bergelombang, secara teoritis peneplane
merupakan stadia (tingkat) hamper akhir dari daur erosi.
Gradasi Sungai
Perubahan-perubahan
terjadi baik dari kemampuan membawa (volume dan kecepatan air) atau dari jumlah
beban. Peremajaan di muara sungai karena penurunan muka laut menyebabkan kenaikan
gradien dan pengikisan aktif kembali kebawah. Terdapat proses peremajaan.
Perubahan–perubahan yang mengganggu keseimbangan dari sungai yang mengalami gradasi
akan menyebabkan perubahan yang menuju kepada keseimbangan dari sungai tersebut.
Jenis Genetika Sungai
Sungai
yang dalam pembentukannya, sangat dipengaruhioleh proses – proses diastrofisme struktur
– struktur geologi yang dihasilkannya, dan lereng – lereng yang menentukan arah
alirannya. Beberapa jenis genetika sungai antara lain :
a.
Sungai Konsekuen
Apa
bila mengalir searah dengan kemiringan mulai dari daerah Kubah, pegunungan blok
yang baru terangkat, dataran pantai terangkat mula-mula memiliki sungai konsekuen.
b.
Sungai Subsekuen
Mengalir
dan membentuk lembah sepanjang daerah lunak. Disebut juga ’strike stream’
karena mengalir sepanjang jurus lapisan.
c.
Sungai Obsekuen
Mengalir
berlawanan arah dengan arah kemiringan lapisan dan juga berlawanan dengan arah aliran
sungai konsekuen. Biasanya pendek dengan gradient tajam, dan merupakan
sungai musiman yang mengalir pada gawir. Umumnya merupkan cabang dari sungai subsekuen.
d.
Sungai Resekuen
Mangalir searah dengan sungai konsekuen dan searah dengan
kemiringan lapisan.
e.
Sungai Insekuen
Merupakan
sungai yang tidak jelas pengendaliannya tidak mengikuti struktur batuan, dan tidak
jelas mengikuti kemiringan lapisan. Pola alirannya umumnya dendritik. Banyak menyangkut
sungai – sungai kecil.
f.
Sungai Superimpos
Merupakan
sungai yang mula – mula mengalir diatas suatu daratan alluvial atau dataran peneplain,
dengan lapisan tipis yang menutupinya sehingga lapisan dibawahnya tersembunyi. Jika
terdapat rejuvenasi maka sungai tersebut kemudian mengikis perlahan-lahan endapan
alluvial atau lapisan penutup tersebut dan menyingkapkan lapisan tanpa mengubah
banyak pola aliran semula.
g.
Sungai Asteseden
Sungai
yang mengalir tetap pada pola alirannya meskipun selama itu terjadi perubahan –
perubahan struktur misalnya sesar, lipatan. Ini dapat terjadi jika struktur terbentuk
atau terjadi perlahan – lahan.
h.
Anaklinal
Dipergunakan
untuk sungai anteseden didaerah yang mengalami pengangkatan sedemikian sehingga
kemiringannya berlawanan dengan arah aliran sungai.
Pola Pengaliran
Adalah rangkaian bentuk
aliran-aliran sungai pada daerah lemah tempat erosi mengambil bagian secara
aktif serta daerah rendah tempat air permukaan mengalir dan berkumpul.
ƒ = (lereng, litologi,
struktur geologi, vegetasi, peresapan, dan curah hujan) Zona lemah dan bidang diskontinuitas.
Pola pengaliran dipengaruhi
oleh:
•
Topografi
(kelerengan)
•
Tingkat
Erosi (resistensi batuan)
•
Litologi
(ukuran butir-pelapukan)
•
Struktur
geologi (kekar, sesar, lipatan, dan perlapisan batuan)
•
Iklim
(curah hujan dan vegetasi)
•
Infiltrasi
(peresapan)
Pola banyak faktor mirip/beda tipis
Hal- hal yang berkaitan
dengan pola pengaliran :
1.
Pola pengaliran dasar
- Pola pengaliran ubahan
- Bentuk lembah
- Tempat mengalirnya sungai
POLA PENGALIRAN DASAR (basic drainage pattern)
Arthur David Howard (1967):
Drainage analysis in geologic interpretation.
POLA PENG-ALIRAN UBAHAN( Howard,
1967 )
1.
Pola
pengaliran dasar Dendritic
Rangkaian bentuk aliran
sungai seperti ranting po-hon, menyatu
pada sungai utama dengan sudut kecil searah aliran. Makna geologi: sedikit di -pengaruhi faktor struktur geologi dan pada
material kedap air, dan bertekstur halus. Terdapat pada daerah dengan struktur
batuan yang homogen (granit) atau lapisan sedimen horizontal. Pola dendritik
seperti percabangan pohon, percabangan tidak teratur dengan arah dan sudut yang
beragam. Berkembang di batuan yang homogen dan tidak terkontrol oleh struktur,
umunya pada batuan sedimen dengan perlapisan horisontal, atau pada batuan beku
dan batuan kristalin yang homogen.
2.
Pola
pengaliran ubahan Dendritic: Subdendritic
Berbeda dengan dendritic
karena ada sedikit pengaruh struktur geologi.
3.
Pola
pengaliran Ubahan Dendritic: Anastomotic
Rangkaian aliran yang saling mengikat, seperti
di daerah dataran banjir, delta, rawa pasang-surut yang arah arus tidak diketahui
(tidak mengalir
4.
Pola pengaliran ubahan
Anastomotic:Braided.
5.
Pola pengaliran ubahan Dendritic:
Pinnate
Ditandai oleh banyaknya alur liar yang berdekatan,
menya- tu di sungai utama dengan sudut kecil.
Umum pada batuan yang mudah tererosi, teksturnya halus
seperti bulu akar.
6.
Pola pengaliran ubahan Dendritic:
Distributary dan Dichotomic .
Sungai-sungai yang menyebar dari satu titik me nyerupai kipas. Umum dijumpai pada kipas
aluvial dan delta .
7.
Pola pengaliran dasar Parallel
Penjajaran sungai-sungai utama, sedangkan anak-anak
sungainya seperti pola dendritik. Pola
ini di kendalikan oleh faktor lereng dan
umum pada sayap-sayap lipatan.
8. Pola
pengaliran ubahan Parallel:Subparallel & Colinear :
Dibedakan dari parallel karena faktor lereng dan
litologi.
Pola Colinear
Colinear: kelurusan aliran yg muncul dan tenggelam
pada pematang pasir dan loess
9. Pola
Pengaliran Trellis
Dibentuk oleh sungai-sungai paralel-subparalel dengan
cabang-cabang yang pendek, mengalir ke sungai utama dengan su-dut tegak lurus.
Umumnya dikendalikan oleh struktur lipatan dan intrusi terkekarkan.
Pola
ini merupakan cirri dari sungai yang berada pada batuan yang berlipat dan
miring kuat. Sungai – sungai yang lebih besar cenderung mengikuti singkapan dari
batuan lunak dan jurus (subsekuen), cabang-cabang sungainya yang masuk dari kiri
kanannya adalah berjenis obsekuen atau resekuen. Induk sungai yang memotong arah
struktur utama mungkin karena superposisi. Pada pola ini percabangan anak sungai
dan sungai utama hamper tegak lurus, sungai-sungai utama sejajar atau hamper sejajar.
Berkembang di batuan sedimen terlipat atau terungkit.
10. Pola
pengaliran ubahan Trellis: Recurved Trellis dan Directional trellis
Directional trellis: anak sungai yang menuju sungai
utama lebih panjang di satu sisi, umumnya di daerah homoklin atau lereng pada
beting pantai yang paralel. Recurved trellis: lengkung diujung lipatan menunjam
11. Pola pengaliran ubahan Trellis: Fault dan Joint Trellis
Fault trellis ditunjukkan oleh daerah yang
dikendalikan oleh struktur graben dan horst secara bergantian.
Joint trellis akibat perkembangan kekar dan ditandai
oleh aliran yang pendek, lurus, dan sejajar
12. Pola pengaliran dasar Rectangular
Dibentuk oleh cabang-cabang sungai yang membentuk
sudut hampir tegak lurus. Makna geologinya, umum pada daerah berbatuan kristalin atau batuan sedimen keras dengan
sistem kekar dan sesar yang berkembang dan saling berpotongan.
13. Pola pengaliran ubahan Rectangular: Angulate
Pola menyudut ditandai kelokan bersudut tajam , anak
sungai berkelit-kelit seperti kawat berduri.
Makna geologinya,
cabang-cabang kecil sejajar diken-dalikan oleh kekar pada batuan berbutir dengan kedudukan hampir horisontal.
14. Pola pengaliran dasar Radial
Rangkaian bentuk aliran sungai yang menyebar dari satu
pusat. Pola ini banyak dijumpai pada gunungapi di Indonesia. Terjadi dari banyak sungai jenis
konsekuen yang sentrifugal dari suatu puncak, misalnya pegunungan kubah atau
gunungapi muda. Cekungan struktur dapat pula membentuk pola aliran radial yang
sentripetal ketengah.
15. Pola pengaliran ubahan Radial: Centripetal (negatif ke
cekungan)
Arah aliran menuju pusat depresi, biasanya berhubung-
an dengan kaldera.
16. Pola pengaliran dasar Annular
Umum berkembang pada struktur kubah, lapisan
heterogen, dan tererosi lanjut. Sungai-sungai kecil dikontrol oleh kekar.
17. Pola pengaliran dasar Multi-basinal
Diterapkan untuk semua bentuk depresi, baik pada
batuan yang mudah larut (batugamping) maupun akibat erosi dan pengendapan
secara glasial dan aeolian.
18. Pola pengaliran dasar Contorted
Aliran sungai utama
membalik dengan pola yang kurang teratur, punggungan dan lembah tidak
menerus dibanding recurved trellis. Umumnya pada daerah yang dikontrol struktur geolo-gi, labil, tektonik
aktif, dan batuan metamorf.
19. Pola pengaliran ubahan: Complex,
Pola pengaliran yang berbeda pada daerah yang
berde-katan, disebabkan oleh struktur geologi, litologi, atau lereng yang
berbeda-beda.
20. Pola pengaliran ubahan: Compound
Terdiri dari dua atau lebih jenis pola pengaliran
kontemporer pddaerah yg sama .Misal
kombinasi pola radial dan annular yang umum pada daerah kubah.
21. Pola pengaliran ubahan: Palimsest
Aliran atau sungai tua yang sudah ditinggalkan dan
membentuk pola baru atau menjadi dasar bagi pola yang sekarang.
Bentuk lembah dan litologi
- Bentuk lembah sempit berdinding terjal seperti huruf V, umumnya disusun oleh batuan berbutir kasar, seperti breksi dan batupasir kasar.
- Bentuk lembah agak sempit berdinding agak terjal-landai seperti huruf V landai sampai U agak terjal. Ciri di atas umumnya disusun batuan berbutir sedang, seperti batupasir.
- Bentuk lembah landai berdinding landai seperti huruf U landai, umumnya disusun oleh batuan berbutir halus, seperti batulempung.
TEMPAT MENGALIRNYA alluvial
stream
bedrock stream
Bedrock stream: aliran
sungai yang mengalir di atas batuan dasarnya.
Alluvial stream: aliran
sungai yang mengalir di atas endapan alluvial.
2.2 Bentang
Alam Kars
Morfogenesa Karst atau bentang alam karst
Adalah roman
muka bumi yang terbentuk oleh batugamping yang kaya rongga-rongga akibat
pelarutan oleh air dimana manifestasinya
di permukaan bumi berupa kenampakan bukit-bukit kerucut dan sejenisnya, penyaluran
permukaan yang jarang dan lebih banyak sebagai sungai bawah permukaan mengalir
di lorong-lorong gua. Topografi kars yaitu suatu topografi yang terbentuk pada daerah dengan litologi berupa batuan
yang mudah larut, menunjukkan relief yang khas, penyaluran tidak teratur,
aliran sungai secara tiba-tiba masuk ke dalam tanah dan meninggalkan lembah
kering dan muncul kembali di tempat lain sebagai mata air yang besar.
Proses pembentukan bentang alam karst adalah akibat
adanya proses karstifikasi dimana
proses yang utama adalah proses pelarutan oleh air pada batu gamping. Batu
gamping sendiri akan mudah mengalami proses pelarutan apabila terletak dekat
dengan permukaan bumi dimana air meteorik maupun air permukaan akan lebih mudah
untuk melarutkan dan mengerosi batugamping. Proses pelarutan yang terjadi
merupakan proses hidrolisis dengan indikasi adanya pembentukan asam karbonat (H2CO3)
yang merupakan senyawa asam yang bersifat korosif. Sifat korosif ini akan
mempercepat pelarutan pada batugamping (CaCO3).
Air yang bersifat korosif memasuki rekahan yan diikuti
oleh pelarutan batuan pada zona rekahan. Proses pelarutan ini pada akhirnya
akan membentuk sungai bawah tanah dan gua. Air yang menetes pada atap gua akan
melakukan pengendapan yang kemudian membentuk speleotherms seperti
stalagmit dan stalagtit maupun tiang gua. Pada daerah permukaan doline akan
terbentuk dengan cara terjadinya depresi atau runtuhan pada gua karst yang
telah terbentuk. Perkembangan gua akan semakin luas dan lebar, kemudian
membentuk runtuhan yang akan membuat surupan yang tidak teratur. Gabungan dari
dolina akan membentuk uvala.
Faktor-faktor yang mempengaruhi
Bentang Alam Karst :
1.
Faktor
Fisik
Faktor-faktor
fisik yang mempengaruhi pembentukan topografi karst meliputi :
a.Ketebalan batugamping, yang baik untuk perkembangan karst
adalah batu
gamping
yang tebal, dapat masif atau yang terdiri dari beberapa lapisan dan membentuk
unit batuan yang tebal, sehingga mampu menampilkan topografi karst sebelum
habis terlarutkan.Namun yang paling baik adalah batuan yang masif, karena pada
batugamping berlapis biasanya terdapat lempung yang terkonsentrasi pada bidang
perlapisan, sehingga mengurangi kebebasan sirkulasi air untuk menembus seluruh
lapisan.
b.Porositas dan permeabilitas, berpengaruh dalam sirkulari air
dalam batuan. Semakin besar porositas sirkulasi air akan semakin lancar
sehingga proses karstifikasi akan semakin intensif.
c.Intensitas struktur (kekar),zona kekar adlah zona lemah yang
mudah mengalami pelarutan dan erosi sehingga dengan adanya kekar dalam batuan,
proses pelarutan berlangsung intensif. Kekar yang baik untuk proses
karstifikasi adalah kekar berpasangan (kekar gerus), karena kekar tsb
berpasangan sehingga mempertinggi porositas dan permeabilitas.Namun apabila
intensitas kekar sangat tinggi batuan akan mudah tererosi atau hancur sehingga
proses karstifikasi terhambat.
2. Faktor Kimiawi
a.Kondisi kimia batuan, dalam pembentukan topografi kars
diperlukan sedikitnya 60% kalsit dalam batuan dan yang paling baik diperlukan
90% kalsit.
b.Kondisi kimia media pelarut, dalam proses karstifikasi media
pelarutnya adalah air, kondisi kimia air ini sangat berpengaruh terhadap proses
karstifikasi. Kalsit sulit larut dalam air murni, tetapi mudah larut dalam air
yang mengandung asam. Air hujan mengikat CO2di udara dan dari tanah
membentuk larutan yang bersifat asam yaitu asam karbonat (H2CO3).
Larutan inilah yang sangat baik untuk melarutkan batugamping.
3.
Faktor
Biologi
Kalsit sulit larut dalam air
murni, tetapi mudah larut dalam air yang mengandung asam. Air hujan mengikat CO2
di udara dan dari tanah membentuk larutan yang bersifat asam yaitu asam
karbonat (H2CO3).Larutan inilah yang sangat baik untuk
melarutkan batugamping.
4.
Faktor
Iklim dan Lingkungan
Kondisi lingkungan yang mendukung adalah adanya lembah besar
yang mengelilingi tempat yang tinggi yang terdiri dari batuan yang mudah larut
(batugamping) yang terkekarkan intensif. Kondisi lingkungan di sekitar
batugamping harus lebih rendah sehingga sirkulasi air berjalan dengan baik,
sehingga proses karstifikasi berjalan dengan intensif.
Bentuk
morfologi yang menyusun suatu bentang alam karst dapat dibedakan menjadi 2, yaitu
bentuk-bentuk konstruksional dan bentuk-bentuk sisa pelarutan
Bentuk-bentuk Konstruksional
Bentuk-bentuk
konstriksional adalah topografi yang dibentuk oleh proses pelarutan batugamping
atau pengendapan mineral karbonat yang dibawa oleh air.
Berdasarkan ukurannya dapat dibedakan menjadi 2, yaitu :
Berdasarkan ukurannya dapat dibedakan menjadi 2, yaitu :
- Bentuk-bentuk minor
- Bentuk-bentuk mayor
Bentang alam karst minor adalah
bentang alam yang tidak dapat diamati pada peta topografi atau foto
udara.Sedangkan bentang alam mayor adalah yang dapat diamati dari peta
topografi atau foto udara.
Bentuk-Bentuk Bentang Alam Karst
Minor, antara lain :
1.
Lapies, yaitu bentuk yang tidak rata pada
batugamping akibat adanya proses pelarutan dan penggerusan.
2. Karst split, adalah celah pelarutan yang terbentuk di permukaan.
3. Parit karst, yaitu alur pada permukaan yang memanjang membentuk parit, yang juga sering dianggap karst split yang memanjang sehingga membentuk parit.
2. Karst split, adalah celah pelarutan yang terbentuk di permukaan.
3. Parit karst, yaitu alur pada permukaan yang memanjang membentuk parit, yang juga sering dianggap karst split yang memanjang sehingga membentuk parit.
4.Palung
karst, adalah alur pada permukaan batuan yang
besar dan lebar, terbentuk karena proses pelarutan, kedalaman lebih dari 50 cm.
biasanya pada permukaan batuan yang datar atau miring rendah dan dikontrol oleh
struktur yang memanjang.
5. Speleotherms, adalah hiasan pada gua yang merupakan endapan CaCO3 yang mengalami presipitasi pada air tanah yang membawanya masuk ke dalam gua. (Stalaktit, stalakmit)
5. Speleotherms, adalah hiasan pada gua yang merupakan endapan CaCO3 yang mengalami presipitasi pada air tanah yang membawanya masuk ke dalam gua. (Stalaktit, stalakmit)
6. Fitokarst, adalah permukaan yang berlekuk-lekuk dengan lubang-lubang yang saling berhubungan, terbentuk karena adanya pengaruh aktivitas biologis yaitu algae yang tumbuh di dalam batugamping. Algae menutup di permukaan dan masuk sedalam 0,1 – 0,2 mm dan menghasilkan larutan asam sehingga melarutkan batugamping.
Bentuk-Bentuk Bentang Alam Karst Mayor, antara lain
:
1.
Surupan (doline)
Dolina yaitu depresi tertutup hasil pelarutan dengan
diameter mulai dari beberapa meter sampai beberapa kilometer, kedalaman bisa
sampai ratusan meter dan mempunyai bentuk bundar atau lonjong.
Menurut Cvijic, bentuk doline dibedakan
menjadi:
- Doline Mangkok: perbandingan lebar dan kedalaman 10:1 dan kemiringan lereng doline berkisar antara 100-120
- Doline Corong: diameter dua atau tiga kali kedalamannya dan lereng doline berkisar antara 300-400
- Doline sumuran: diameter lebih kecil dari kedalamannya, lereng vertikal
Menurut Bogli (1980) berdasarkan cara
pembentukan (genetik), doline dibedakan menjadi:
- Doline pelarutan: terbentuk oleh pelarutan yang terkonsentrasi akibat keberadaan kekar, pelebaran pori-pori batuan, dijumpai di sebagian besar awal proses karstifikasi
- Doline aluvial: hampir sama dengan doline pelarutan tetapi batugamping tertutup oleh endapan aluvial, cekungan terjadi karena aluvium terbawa ke sistem drainase bawah permukaan
- Doline amblesan: terjadi karena lapisan batugamping ambles perlahan-lahan karena di bawah lapisan batugamping terdapat rongga
- Doline runtuhan: terbentuk akibat goa/saluran dekat permukaan runtuh akibat tidak mampu menahan atapnya
2.
Uvala Uvala
merupakan doline majemuk, yaitu gabungan dari beberapa doline.Ukuran uvala
menurut Sweeting berkisar antara 500-1000 meter dengan kedalaman 100-200 meter.
Cockpit juga dapat dikategorikan sebagai uvala. Uvala juga dapat berkembang dari
lembah permukaan
3.
.Polje
Polje merupakan istilah di Karst Dinaric yang berasal dari bahasa Slovenia yang berarti ladang yang dapat ditanami.Isitilah ini di negara asalnya sebenarnya tidak berhubungan dengan bentuklahan karst. Polje merupakan cekungan yang lebar, dasar yang rata, drainase karstik, bentuk memanjang yang sejajar dengan struktur lokal, dasar polje adalah batuan tersier. Polje bisa merupakan perkembangan dari uvala
Ciri-ciri polje:
Polje merupakan istilah di Karst Dinaric yang berasal dari bahasa Slovenia yang berarti ladang yang dapat ditanami.Isitilah ini di negara asalnya sebenarnya tidak berhubungan dengan bentuklahan karst. Polje merupakan cekungan yang lebar, dasar yang rata, drainase karstik, bentuk memanjang yang sejajar dengan struktur lokal, dasar polje adalah batuan tersier. Polje bisa merupakan perkembangan dari uvala
Ciri-ciri polje:
Dasar
yang rata berupa batuan maupun tertutup sedimen
- Cekungan tertutup yang dibatasi perbukitan pada kedua sisi atau salah satu sisinya
- Mempunyai drainase karstik
- Dasar yang rata mempunyai lebar minimum 400 meter
Klasifikasi Polje:
- Polje perbatasan: terbentuk apabila sistem hidrologi didominasi oleh sistem alogenik
- Polje struktural: terbentuk oleh patahan dengan dasar berupa batuan impermeabel
- Polje baselevel: terbentuk pada stadium akhir perkembangan karst
4. Jendela karst, adalah lubang pada atap gua yang
menghubungkan dengan udara luar, terbentuk karena atap gua runtuh.
5. Lembah karst, adalah lembah atau alur yang besar, terbentuk oleh aliran permukaan yang mengerosi batuan yang dilaluinya. Ada 4 macam lembah karst, yaitu :
5. Lembah karst, adalah lembah atau alur yang besar, terbentuk oleh aliran permukaan yang mengerosi batuan yang dilaluinya. Ada 4 macam lembah karst, yaitu :
- Allogenic valley, lembah karst dengan hulu pada batuan kedap air (bukan batugamping) yang kemudian masuk ke dalam daerah karst.
- Blind valley, lembah karst yang alirannya tiba-tiba hilang karena masuk ke dalam batuan.
- Pocket valley, yaitu lembah yang berasosiasi dengan mata air yang besar dan keluar dari batuan kedap air (bukan batugamping) yang berada di bawah lapisan batugamping.
- Dry valley, lembah yang mirip dengan lembah fluviatil tetapi bukan sebagai penyaluran air permukaan karena air yang masuk langsung meresap ke batuan dasarnya (karena banyak rekahan)
6.Gua,
adalah ruang bawah tanah yang dapat dicapai dari permukaan dan cukup besar bila
dilalui oleh manusia.
7.Terowongandan
jembatan alam, adalah lorong di bawah permukaan
yang terbentuk oleh pelarutan dan penggerusan air tanah.
Bentuk-bentuk Sisa
Pelarutan
Yang dimaksud dengan sisa pelarutan adalah
morfologi yang terbentuk karena pelarutan dan erosi sudah berjalan sangat
lanjut sehingga meninggalkan sisa erosi yang khas pada daerah karst.
Macam-macam morfologi sisa antara lain :
1.
Kerucut karst (Kegelkarst), adalah bukit
karst yang berbentuk kerucut, berlereng terjal dan dikelilingi oleh depresi.
2. Menara karst (Turmkarst), adalah bukit sisa pelarutan dan erosi yang berbentuk menara dengan lereng yang terjal tegak atau menggantung, terpisah satu dengan yang lainnya dan dikelilingi dataran aluvial.
2. Menara karst (Turmkarst), adalah bukit sisa pelarutan dan erosi yang berbentuk menara dengan lereng yang terjal tegak atau menggantung, terpisah satu dengan yang lainnya dan dikelilingi dataran aluvial.
c.
Pelarutan
pada kedua zona terus berjalan sehingga pada fase ini mulai terbentuk
kerucut-kerucut karst pada zona B. Pada kerucut karst ini tingkat
pelarutan/erosi vertikalnya lebih kecil dibandingkan lembah di sekitarnya.
d. Karena adanya erosi lateral oleh sungai maka zone A berada
pada batas permukaan erosi dan pada zona B erosi vertikal telah berjalan lebih
lanjut sehingga hanya tinggal beberapa morfologi sisa saja, morfologi sisa ini
disebut menara karst.
2.3 Bentang Alam Marine
Geomorfologi
asal marin merupakan bentuk lahan yang terdapat di sepanjang pantai. Proses
perkembangan daerah pantai itu sendiri sangat dipengaruhi oleh kedalaman laut.
Semakin dangkal laut maka akan semakin mempermudah terjadinya bentang alam
daerah pantai, dan semakin dalam laut maka akan memperlambat proses terjadinya
bentang alam di daerah pantai. Selain dipengaruhi oleh kedalaman laut,
perkembangan bentang lahan daerah pantai juga dipengaruhi oleh:
1.Struktur,tekstur,dan komposisi batuan.
2. Keadaan bentang alam atau relief dari daerah pantai atau daerah di daerah sekitar pantai tersebut.
3. Proses geomorfologi yang terjadi di daerah pantai tersebut yang disebabkan oleh tenaga dari luar, misalnya yang disebabkan oleh angin, air, es, gelombang, dan arus laut.
4. Proses geologi yang berasal dari dalam bumi yang mempengaruhi keadaan bentang alam di permukaan bumi daerah pantai, misalnya tenaga vulkanisme, diastrofisme, pelipatan, patahan, dan sebagainya.
5. Kegiatan gelombang, arus laut, pasang naik dan pasang surut, serta kegiatan organisme yang ada di laut.
Di Indonesia, pantai yang ada pada umumnya dialih fungsikan sebagai tempat wisata yang notabene dapat membantu tingkat pendapatan suatu wilayah. Apabila masyarakat mengetahui bahwa garis pantai bisa mengalami perubahan, maka akan muncul pemikiran-pemikiran agar pantai tersebut tetap bisa dinikmati keindahannya meskipun sudah mengalami perubahan.
A. PENGERTIAN DAERAH PANTAI
Berdasarkan tahap-tahap perkembangannya, karakteristik garis pantai dapat dibedakan menjadi beberapa pengertian, yaitu:
1. Pantai (Shore)
Shore adalah daerah peralihan antara permukaan air tertinggi dan terendah.
Keterangan: a = permukaan air tertinggi, b = permukaan air terendah, c = shore (pantai)
2. Garis Pantai (Shoreline)
Shoreline adalah garis yang membatasi permukaan daratan dan permukaan air. Garis batas ini selalu berubah-ubah sesuai dengan permukaan air laut.Garis pantai tertinggi terjadi pada saat terjadi pasang naik setinggi-tingginya, sedangkan garis pantai terendah terjadi pada saat terjadi pasang surut serendah-rendahnya.
1.Struktur,tekstur,dan komposisi batuan.
2. Keadaan bentang alam atau relief dari daerah pantai atau daerah di daerah sekitar pantai tersebut.
3. Proses geomorfologi yang terjadi di daerah pantai tersebut yang disebabkan oleh tenaga dari luar, misalnya yang disebabkan oleh angin, air, es, gelombang, dan arus laut.
4. Proses geologi yang berasal dari dalam bumi yang mempengaruhi keadaan bentang alam di permukaan bumi daerah pantai, misalnya tenaga vulkanisme, diastrofisme, pelipatan, patahan, dan sebagainya.
5. Kegiatan gelombang, arus laut, pasang naik dan pasang surut, serta kegiatan organisme yang ada di laut.
Di Indonesia, pantai yang ada pada umumnya dialih fungsikan sebagai tempat wisata yang notabene dapat membantu tingkat pendapatan suatu wilayah. Apabila masyarakat mengetahui bahwa garis pantai bisa mengalami perubahan, maka akan muncul pemikiran-pemikiran agar pantai tersebut tetap bisa dinikmati keindahannya meskipun sudah mengalami perubahan.
A. PENGERTIAN DAERAH PANTAI
Berdasarkan tahap-tahap perkembangannya, karakteristik garis pantai dapat dibedakan menjadi beberapa pengertian, yaitu:
1. Pantai (Shore)
Shore adalah daerah peralihan antara permukaan air tertinggi dan terendah.
Keterangan: a = permukaan air tertinggi, b = permukaan air terendah, c = shore (pantai)
2. Garis Pantai (Shoreline)
Shoreline adalah garis yang membatasi permukaan daratan dan permukaan air. Garis batas ini selalu berubah-ubah sesuai dengan permukaan air laut.Garis pantai tertinggi terjadi pada saat terjadi pasang naik setinggi-tingginya, sedangkan garis pantai terendah terjadi pada saat terjadi pasang surut serendah-rendahnya.
3.Pantai Depan
(Foreshore)
Foreshore adalah daerah sempit yang terdapat pada pantai yang terletak di antara garis pasang naik tertinggi dengan garis pasang surut terendah.
4. Pantai Belakang (Backshore)
Backshore adalah bagian dari pantai yang terletak di antara pantai depan (foreshore) dengan garis batas laut tetap (coastline). Daerah ini hanya akan tergenang air apabila terjadi gelombang pasang yang besar. Dengan demikian daerah ini akan kering apabila tidak terjadi gelombang pasang yang intensitasnya besar. Bentang alam seperti ini biasanya terdapat pada daerah pantai yang terjal, misalnya di pantai selatan Pulau Jawa.
5. Pesisir (Coast) dan Garis Pesisir (Coastline)
Coast adalah daerah pantai yang tidak menentu dan cenderung meluas ke daratan. Sedangkan coastline adalah garis batas laut yang tetap dari pesisir.Daerah pesisir ini mempunyai kemiringan lereng yang landai dengan luas yang tidak begitu besar pada daerah tepi pantai yang sebagian besar merupakan daerah pantai terjal.
6. Endapan Pantai (Beaches)
Beaches merupakan endapan hasil kegiatan laut yang terdapat di pantai. Menurut tempat terjadinya, beaches ini dapat dibedakan menjadi beberapa macam, yaitu:
a. Endapan bawah pantai depan (lower forest beach), merupakan jenis endapan yang terdapat di bagian bawah pantai depan. Endapan ini juga merupakan hasil dari kegiatan gelombang dan arus litoral.
b. Endapan atas pantai depan (upper foresher beach), merupakan jenis endapan pantai yang terdapat pada bagian atas pantai depan. Endapan pantai ini terbentuk karena hasil kegiatan gelombang.
c. Endapan pantai belakang (backshore beach), merupakan jenis endapan pantai yang terdapat pada pantai belakang yang sempit. Endapan pantai ini merupakan gabungan dari hasil kegiatan gelombang yang besar, aliran air dari gelombang pasang naik setinggi-tingginya, angin, serta aliran sungai
yang membawa material batuan ke pantai belakang tersebut
Foreshore adalah daerah sempit yang terdapat pada pantai yang terletak di antara garis pasang naik tertinggi dengan garis pasang surut terendah.
4. Pantai Belakang (Backshore)
Backshore adalah bagian dari pantai yang terletak di antara pantai depan (foreshore) dengan garis batas laut tetap (coastline). Daerah ini hanya akan tergenang air apabila terjadi gelombang pasang yang besar. Dengan demikian daerah ini akan kering apabila tidak terjadi gelombang pasang yang intensitasnya besar. Bentang alam seperti ini biasanya terdapat pada daerah pantai yang terjal, misalnya di pantai selatan Pulau Jawa.
5. Pesisir (Coast) dan Garis Pesisir (Coastline)
Coast adalah daerah pantai yang tidak menentu dan cenderung meluas ke daratan. Sedangkan coastline adalah garis batas laut yang tetap dari pesisir.Daerah pesisir ini mempunyai kemiringan lereng yang landai dengan luas yang tidak begitu besar pada daerah tepi pantai yang sebagian besar merupakan daerah pantai terjal.
6. Endapan Pantai (Beaches)
Beaches merupakan endapan hasil kegiatan laut yang terdapat di pantai. Menurut tempat terjadinya, beaches ini dapat dibedakan menjadi beberapa macam, yaitu:
a. Endapan bawah pantai depan (lower forest beach), merupakan jenis endapan yang terdapat di bagian bawah pantai depan. Endapan ini juga merupakan hasil dari kegiatan gelombang dan arus litoral.
b. Endapan atas pantai depan (upper foresher beach), merupakan jenis endapan pantai yang terdapat pada bagian atas pantai depan. Endapan pantai ini terbentuk karena hasil kegiatan gelombang.
c. Endapan pantai belakang (backshore beach), merupakan jenis endapan pantai yang terdapat pada pantai belakang yang sempit. Endapan pantai ini merupakan gabungan dari hasil kegiatan gelombang yang besar, aliran air dari gelombang pasang naik setinggi-tingginya, angin, serta aliran sungai
yang membawa material batuan ke pantai belakang tersebut
B. KLASIFIKASI PANTAI
Antara pantai yang satu dengan garis pantai yang lainnya mempunyai perbedaan.Perbedaan dari masing-masing jenis pantai tersebut umumnya disebabkan oleh kegiatan gelombang dan arus laut.
Menurut Johnson, pantai dapat dibedakan menjadi empat macam, yaitu:
1. Pantai yang Tenggelam (Shoreline of submergence)
Shoreline of submergence merupakan jenis pantai yang terjadi apabila permukaan air mencapai atau menggenangi permukaan daratan yang mengalami penenggelaman. Disebut pantai tenggelam karena permukaan air berada jauh di bawah permukaan air yang sekarang.Untuk mengetahui apakah laut mengalami penenggelaman atau tidak dapat dilihat dari keadaan pantainya.Naik turunnya permukaan air laut selama periode glasial pada jaman pleistosin menyebabkan maju mundurnya permukaan air laut yang sangat besar.Selain itu, penenggelaman pantai juga bisa terjadi akibat penenggelaman daratan.Hal ini terjadi karena permukaan bumi pada daerah tertentu dapat mengalami pengangkatan atau penurunan yang juga dapat mempengaruhi keadaan permukaan air laut.Pengaruh ini sangat terlihat di daerah pantai dan pesisir.
Pada bentang lahan yang disebabkan oleh proses geomorfologi, pantai yang tenggelam dapat dibagi menjadi beberapa jenis. Hal ini dapat dilihat dari bentuk pantai yang berbeda sebagai akibat dari pengaruh gelombang dan arus laut. Jenis-jenis pantai tersebut antara lain:
a. Lembah sungai yang tenggelam
Pada umumnya lembah sungai yang tenggelam ini disebut estuarium, sedangkan pantainya disebut pantai ria. Lembah sungai ini dapat mengalami penenggelaman yang disebabkan oleh pola aliran sungai serta komposisi dan struktur batuannya.
b. Fjords atau lembah glasial yang tenggelam
Fjords merupakan pantai curam yang berbentuk segitiga atau berbentuk corong. Fjords atau lembah glasial yang tenggelam ini terjadi akibat pengikisan es.Ciri khas dari bagian pantai yang tenggelam ini yaitu panjang, sempit, tebingnya terjal dan bertingkat-tingkat, lautnya dalam, dan kadang-kadang memiliki sisi yang landai.Pantai fjords ini terbentuk apabila daratan mengalami penurunan secara perlahan-lahan. Bentang lahan ini banyak terdapat di pantai laut di daerah lintang tinggi, dimana daerahnya mengalami pembekuan di musim dingin. Misalnya di Chili, Norwegia, Tanah Hijau, Alaska, dan sebagainya.
c. Bentuk pengendapan sungai
Bentuk pengendapan sungai dibedakan menjadi beberapa macam, yaitu: (1) Delta, yaitu endapan sungai di pantai yang berbentuk segitiga dan cembung ke arah laut; (2) Dataran banjir, yaitu sungai yang terdapat di kanan dan kiri sungai yang terjadi setelah sungai mengalami banjir; (3) Kipas alluvial, yaitu bentuk pengendapan sungai seperti segitiga, biasanya terdapat di daerah pedalaman, dan ukurannya lebih kecil bila dibandingkan dengan delta, serta sungainya tidak bercabang-cabang.
d. Bentuk pengendapan glasial
Bentuk pengendapan ini disebabkan oleh proses pencairan es.
e. Bentuk permukaan hasil diastrofisme
Bentuk kenampakan ini dapat diilustrasikan sebagai fault scraps (bidang patahan), fault line scraps (bidang patahan yang sudah tidak asli), graben (terban), dan hocgbacks. Setelah mengalami penenggelaman, fault scraps, fault line scraps, dan dinding graben akan langsung menjadi pantai.
f. Bentuk permukaan hasil kegiatan gunung api
Jenis pantai yang disebabkan oleh kegiatan gunung api ini dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu: (1) Merupakan hasil kegiatan kerucut vulkanis (mound), yang menyebabkan terbentuknya pantai yang cembung ke luar; (2) Merupakan hasil kegiatan aliran lava (lava flow), yang menyebabkan terbentuknya pantai yang cekung ke luar.
2. Pantai yang Terangkat (Shoreline of emergence)
Pantai ini terjadi akibat adanya pengangkatan daratan atau adanya penurunan permukaan air laut. Pengangkatan pantai ini dapat diketahui dari gejala-gejala yang terdapat di lapangan dengan sifat yang khas, yaitu:
a. Terdapatnya bagian atau lubang dataran gelombang yang terangkat
Di daerah ini banyak dijumpai teras-teras pantai (stacks), lengkungan tapak (arches), pantai terjal (cliffs), serta gua-gua pantai (caves).
b. Terdapatnya teras-teras gelombang
Teras gelombang ini terbentuk pada saat permukaan air mencapai tempat-tempat di mana teras tersebut berada. Teras-teras ini merupakan batas permukaan air.
c. Terdapatnya gisik (beaches)
Gisik yaitu tepian laut yang terdapat di atas permukaan air laut yang terjadi karena adanya pengangkatan dasar laut.
d. Terdapatnya laut terbuka
Laut terbuka ini terjadi karena adanya dasar laut yang terangkat.
e. Garis pantai yang lurus (straight shoreline)
Erosi gelombang dan pengendapannya pada laut dangkal cenderung menurunkan bentang lahan dan menyebabkan dasar laut dasar laut yang dangkal menjadi datar. Apabila dasar laut yang dangkal tersebut sekarang mengalami pengangkatan, maka garis pantai yang terbentuk akan kelihatan lurus.
3. Pantai yang Netral (Neutral shoreline)
Jenis pantai ini terjadi di luar proses penenggelaman dan pengangkatan, misalnya pantai yang terjadi pada delta, plain hanyutan, terumbu karang, gunung api, gumuk-gumuk pasir, dan jenis pantai yang merupakan hasil dari sesar (patahan).
4. Pantai Majemuk (Compound shorelines)
Jenis pantai ini terjadi sebagai gabungan dua atau lebih proses di atas. Berarti dalam suatu daerah bisa terjadi proses penenggelaman, pengangkatan, pengendapan, dan sebagainya.
Antara pantai yang satu dengan garis pantai yang lainnya mempunyai perbedaan.Perbedaan dari masing-masing jenis pantai tersebut umumnya disebabkan oleh kegiatan gelombang dan arus laut.
Menurut Johnson, pantai dapat dibedakan menjadi empat macam, yaitu:
1. Pantai yang Tenggelam (Shoreline of submergence)
Shoreline of submergence merupakan jenis pantai yang terjadi apabila permukaan air mencapai atau menggenangi permukaan daratan yang mengalami penenggelaman. Disebut pantai tenggelam karena permukaan air berada jauh di bawah permukaan air yang sekarang.Untuk mengetahui apakah laut mengalami penenggelaman atau tidak dapat dilihat dari keadaan pantainya.Naik turunnya permukaan air laut selama periode glasial pada jaman pleistosin menyebabkan maju mundurnya permukaan air laut yang sangat besar.Selain itu, penenggelaman pantai juga bisa terjadi akibat penenggelaman daratan.Hal ini terjadi karena permukaan bumi pada daerah tertentu dapat mengalami pengangkatan atau penurunan yang juga dapat mempengaruhi keadaan permukaan air laut.Pengaruh ini sangat terlihat di daerah pantai dan pesisir.
Pada bentang lahan yang disebabkan oleh proses geomorfologi, pantai yang tenggelam dapat dibagi menjadi beberapa jenis. Hal ini dapat dilihat dari bentuk pantai yang berbeda sebagai akibat dari pengaruh gelombang dan arus laut. Jenis-jenis pantai tersebut antara lain:
a. Lembah sungai yang tenggelam
Pada umumnya lembah sungai yang tenggelam ini disebut estuarium, sedangkan pantainya disebut pantai ria. Lembah sungai ini dapat mengalami penenggelaman yang disebabkan oleh pola aliran sungai serta komposisi dan struktur batuannya.
b. Fjords atau lembah glasial yang tenggelam
Fjords merupakan pantai curam yang berbentuk segitiga atau berbentuk corong. Fjords atau lembah glasial yang tenggelam ini terjadi akibat pengikisan es.Ciri khas dari bagian pantai yang tenggelam ini yaitu panjang, sempit, tebingnya terjal dan bertingkat-tingkat, lautnya dalam, dan kadang-kadang memiliki sisi yang landai.Pantai fjords ini terbentuk apabila daratan mengalami penurunan secara perlahan-lahan. Bentang lahan ini banyak terdapat di pantai laut di daerah lintang tinggi, dimana daerahnya mengalami pembekuan di musim dingin. Misalnya di Chili, Norwegia, Tanah Hijau, Alaska, dan sebagainya.
c. Bentuk pengendapan sungai
Bentuk pengendapan sungai dibedakan menjadi beberapa macam, yaitu: (1) Delta, yaitu endapan sungai di pantai yang berbentuk segitiga dan cembung ke arah laut; (2) Dataran banjir, yaitu sungai yang terdapat di kanan dan kiri sungai yang terjadi setelah sungai mengalami banjir; (3) Kipas alluvial, yaitu bentuk pengendapan sungai seperti segitiga, biasanya terdapat di daerah pedalaman, dan ukurannya lebih kecil bila dibandingkan dengan delta, serta sungainya tidak bercabang-cabang.
d. Bentuk pengendapan glasial
Bentuk pengendapan ini disebabkan oleh proses pencairan es.
e. Bentuk permukaan hasil diastrofisme
Bentuk kenampakan ini dapat diilustrasikan sebagai fault scraps (bidang patahan), fault line scraps (bidang patahan yang sudah tidak asli), graben (terban), dan hocgbacks. Setelah mengalami penenggelaman, fault scraps, fault line scraps, dan dinding graben akan langsung menjadi pantai.
f. Bentuk permukaan hasil kegiatan gunung api
Jenis pantai yang disebabkan oleh kegiatan gunung api ini dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu: (1) Merupakan hasil kegiatan kerucut vulkanis (mound), yang menyebabkan terbentuknya pantai yang cembung ke luar; (2) Merupakan hasil kegiatan aliran lava (lava flow), yang menyebabkan terbentuknya pantai yang cekung ke luar.
2. Pantai yang Terangkat (Shoreline of emergence)
Pantai ini terjadi akibat adanya pengangkatan daratan atau adanya penurunan permukaan air laut. Pengangkatan pantai ini dapat diketahui dari gejala-gejala yang terdapat di lapangan dengan sifat yang khas, yaitu:
a. Terdapatnya bagian atau lubang dataran gelombang yang terangkat
Di daerah ini banyak dijumpai teras-teras pantai (stacks), lengkungan tapak (arches), pantai terjal (cliffs), serta gua-gua pantai (caves).
b. Terdapatnya teras-teras gelombang
Teras gelombang ini terbentuk pada saat permukaan air mencapai tempat-tempat di mana teras tersebut berada. Teras-teras ini merupakan batas permukaan air.
c. Terdapatnya gisik (beaches)
Gisik yaitu tepian laut yang terdapat di atas permukaan air laut yang terjadi karena adanya pengangkatan dasar laut.
d. Terdapatnya laut terbuka
Laut terbuka ini terjadi karena adanya dasar laut yang terangkat.
e. Garis pantai yang lurus (straight shoreline)
Erosi gelombang dan pengendapannya pada laut dangkal cenderung menurunkan bentang lahan dan menyebabkan dasar laut dasar laut yang dangkal menjadi datar. Apabila dasar laut yang dangkal tersebut sekarang mengalami pengangkatan, maka garis pantai yang terbentuk akan kelihatan lurus.
3. Pantai yang Netral (Neutral shoreline)
Jenis pantai ini terjadi di luar proses penenggelaman dan pengangkatan, misalnya pantai yang terjadi pada delta, plain hanyutan, terumbu karang, gunung api, gumuk-gumuk pasir, dan jenis pantai yang merupakan hasil dari sesar (patahan).
4. Pantai Majemuk (Compound shorelines)
Jenis pantai ini terjadi sebagai gabungan dua atau lebih proses di atas. Berarti dalam suatu daerah bisa terjadi proses penenggelaman, pengangkatan, pengendapan, dan sebagainya.
2.4
Bentang Alam
Struktural
Bentang alam struktural merupakan
kenampakan morfologi yang pembentukannya dikontrol sepenuhnya oleh struktur
geologi daerah yang bersangkutan. struktur yg dominan merupakan struktur
sekunder, atau struktur yg terbentuk setelah batuannya ada. struktur2 ini dapat
berupa sesar, lipatan dan kekar. Kenampakan pada peta topografi yg dpt
dgnakan untuk interpretasi daerah tsb adlh mrupakan b.alam struktural antara
lain :
1.
Pola Penyaluran
pola – pola khusus yang ada pada
daerah menunjukan adanya struktur yg bekerja pada daerah tersebut, smisal
sungai yg membelok tiba2, atau adanya pola trellis dan sub dendritik.
2.
lineament
lineament atau pola kelurusan dlm hal ini dpt
ditunjukkan dari penampakan punggungan (ridge), lembah, bukit, yg bisa di
interpretasikan adanya struktur geologi yg bekerja.
3. bentuk bukit , lembah
4. perubahan aliran sungai
Macam – macam bentang alam structural :
1. Escarpments (Gawir Sesar)
Merupakan bentang
alam berbentuk
bukit yang salah satu
lerengnya merupakan
bidang sesar.
Morfologi ini
dicirikan oleh
bukit memanjang
dengan perbedaan
ketinggian yang cukup ekstrim
antara bagian yang
datar dan bagian
bukit.
2. Pressure Ridge (Bukit Tertekan)
Merupakan bentang
alam berbentuk
bukit yang terjadi akibat
gaya yang bekerja pada
suatu sesar
mendatar. Akibat gaya
tekan tersebut
batuan yang berada sepanjang
patahan akan
naik keatas
sehingga membentuk
seperti bukit.
3. Sag Basin (Cekungan Kantong)
Merupakan bentang
alam yang terbentuk dari
hasil sesar
mendatar (strike slipe fault) berbentuk cekungan. Sag basin merupakan pasangan dari pressure
ridge.
4. Shutter Ridge (Bukit Terpotong)
Merupakan bentang
alam yang biasanya terdapat
di zona sesar mendatar. Shutter ridges terjadi bila salah satu sisi bidang sesar
merupakan bagian
permukaan tanah
yang tinggi dan pada sisi lainnya merupakan
bagian permukaan
yang lebih rendah. Akibat pergeseran ini
dapat menghasilkan
penyumbatan aliran
sungai.
5. Stream Offset (Sungai Zigzag)
Merupakan sungai yang
arah alirannya berbelok secara tiba-tiba
mengikuti bidang
patahan.Morfologi ini
disebabkan oleh
pergeseran bukit
di zona sesar mendatar.
6. Folded Mountain (Bukit Lipatan)
Bukit
lipatan adalah bentang alam yang
tersusun oleh batuan sedimen yang terlipat
akibat gaya
endogen dan membentuk struktur
sinklin dan antiklin. Morfologi
ini dicirikan
oleh susunan
perbukitan dan
lembah yang berpola sejajar.
7. Anticlinal Ridges (Bukit
Antiklin)
Merupakan
bentang alam yang
berbentuk bukit yang telah mengalami perlipatan
membentuk struktur
antiklin. Morfologi
antiklin umumnya
dijumpai di daerah cekungan
sedimen yang telah mengalami
pengangkatan dan
perlipatan. Bukit antiklin diklasifikasikan kedalam
golongan geomorfik
muda, artinya proses eksogen pada bentukkan
ini belum
sampai merubah
bentuk awalnya
yang berupa bukit.
8. Anticlinal Valley (LembahAntiklin)
Merupakan bentang alam yang
berbentuk lembah yang diapit oleh sepasang
bukitan tiklin.Lembah
antiklin diklasifikasikan
kedalam geomorfik
dewasa, artinya proses eksogen yang terjadi
pada bentukkan
ini telah
merubah bentuk
aslinya yang semula berbentuk
bukit dan
berubah menjadi
lembah.
Anticlinal Valley
|
9. Synclinal Ridges (Bukit Sinklin)
Merupakan bentang
alam yang berbentuk bukit,
tersusun atas batuan sedimen yang
membentuk struktur sinklin. Synclinal
Ridges diklasifikasikan kedalam morfologi
geomorfik dewasa
artinya proses eksogen telah
merubah struktur
aslinya yang awalnya lembah
menjadi bukit.
Dalam geomorfologi bentukkan ini
sering disebut
juga topografi
terbalik (reverse
topographic).
10. Synclinal Valley (Bukit Sinklin)
Merupakan bentang
alam yang berbentuk lembah
yang tersusun dari batuan sedimen
dengan struktur
sinklin. Morfologi
ini termasuk
dalam kategori
geomorfik muda,
artinya proses eksogen belum sampai merubah
struktur aslinya yang berupa lembah menjadi
bukit.
11. Plateau (Plato)
Merupakan bentang
alam berbentuk
dataran yang menyerupai meja dan tersusun atas
batuan yang perlapisannya horizontal.
Plateu
banyak dijumpai
pada daerah yang
kondisi geologinya stabil tidak terlalu
terpengaruh gaya
tektonik (pengangkatan/perlipatan).
12. Hogback (Hogbag)
Merupakan
bentang alam yang
berbentuk bukit yang memanjang
searah dengan
jurus perlapisan
batuan dan
memiliki kemiringan
lebih dari 45
derajat.
13. Mesa
Merupakan bentang
alam yang berbentuk
dataran dan
dikontrol oleh
struktur perlapisan
mendatar dengan
elevasi lebih
tinggi dari
sekitarnya. Mesa hampir sama dengan
plateu, hanya ukurannya
yang relatif lebih kecil.
mesa
14. Monoclinal Ridges (Bukit
Monoklin)
Merupakan bentang
alam yang berbentuk bukit
dan tersusun
dari batuan
sedimen dengan
arah kemiringan
yang seragam.Monoklin dapat berupa bagian
sayap dari
sebuah antiklin
dan sinklin.
15. Block Faulting Ridges
(Perbukitan Patahan)
Merupakan bentang
alam yang terdiri dari
bukit-bukit yang dibatasi oleh bidang patahan.
16. Horst danGraben
Horst
merupakan bentang alam yang berbentuk bukit
dipisahkan dengan
morfologi lainnya
oleh bidang
patahan sedangkan
graben adalah
bentukkan depresi
yang dipisahkan dengan morfologi lainnya
oleh bidang
patahan.
17. Intrusive
Merupakan bentang
alam berbentuk
bukit terisolir
yang tersusun oleh batuan beku
dan genesanya
dikontrol oleh
aktivitas magma. Bukit
intrusi awalnya berada dibawah
permukaan bumi
dalam bentuk
laccolith kemudian tanah diatasnya tererosi
dan menyisakan
batuan intrusif
yang lebih keras.
2.5
Bentang
Alam Eolian
Bentang alam eolian
merupakan bentang alam yang dibentuk karena adanya aktivitas angin.
Bentang alam ini banyak
dijumpai pada daerah gurun pasir. Terjadinya gurun pasir sendiri lebih
diakibatkan karena adanya pengaruh iklim dan bukan merupakan hasil khusus dari
agen geologi tertentu.
1. PROSES-PROSES
OLEH ANGIN
Angin, meskipun bukan sebagai agen geomorfik yang sangat
penting (topografi yang dibentuk oleh angin tidak banyak dijumpai ), namun
tetap tidak dapat diabaikan. Proses-proses yang disebabkan oleh angin meliputi
erosi, transportasi dan deposisi.
Erosi oleh Angin Erosi oleh
angin dibedakan menjadi dua macam, yaitu deflasi dan abrasi atau
korasi.
Deflasi adalah proses
lepasnya tanah dan partikel-partikel kecil dari batuan yang diangkut dan dibawa
oleh angin. Sedangkan abrasi merupakan proses penggerusan batuan dan permukaan
lain oleh partikel-partikel yang terbawa oleh aliran angin.
Transportasi oleh Angin
Cara transportasi oleh angin pada dasarnya sama
dengan cara transportasi oleh air, yaitu secara melayang (suspesion) dan
menggeser di permukaan (traction).
Secara umum partikel halus (debu) dibawa secara
melayang dan yang berukuran pasir dibawa secara menggeser di permukaan (traction).
Pengangkutan secara traction ini meliputi meloncat (saltation)
dan menggelinding (rolling).
Pengendapan oleh Angin
Jika kekuatan angin yang
membawa material berkurang atau jika turun hujan, maka material-material (pasir
dan debu) tersebut akan diendapkan.
MACAM-MACAM BENTANG ALAM EOLIAN
Dilihat dari proses
pembentukannya, bentang alam eolian dapat dikelompokkan menjadi 2, yaitu :
- bentang alam akibat proses erosi oleh angin
- bentang alam akibat proses pengendapan oleh angin.
Akibat Proses Erosi
Proses
erosi oleh angin dibedakan menjadi 2,
yaitu deflasi dan abrasi. Bentang alam yang disebabkan oleh
proses erosi ini juga dibedakan menjadi 2, yaitu bentang alam hasil proses deflasi
dan bentang alam hasil proses abrasi.
Bentang Alam Hasil Proses Deflasi
Bentang
alam hasil proses deflasi dibedakan menjadi 3 (tiga), yaitu :
- Cekungan deflasi (deflation basin)
- Lag gravel
- Desert varnish
Cekungan deflasi (deflation basin)
Cekungan deflasi merupakan suatu cekungan yang
diakibatkan oleh angin pada daerah yang lunak dan tidak terkonsolidasi atau
material-material yang tersemen jelek. Cekungan terbentuk akibat material yang
ada dipindahkan oleh angin ke tempat lain.
Contoh cekungan ini terdapat di Gurun Gobi, yang
terbentuk karena batuan telah diurai oleh adanya pelapukan. Cekungan ini
mempunyai ukuran antara 300 meter sampai lebih dari 45 kilometer panjangnya,
dan dari 15 meter sampai 150 meter dalamnya.
b. Lag gravel
Deflasi terhadap debu dan pasir yang ditinggalkan
merupakan material yang kasar (granule, pebble, dan fragmen-fragmen yang
besar), disebut lagstone. Akumulasi seperti itu dalam waktu yang lama
bisa menjadi banyak dan menjadi lag-gravel atau bahkan sebagai desert
pavement, dimana sisa-sisa fragmennya berhubungan satu sama lain saling
berdekatan.
c. Desert varnish
Beberapa lagstone yang tipis, mengkilat, berwarna
hitam atau coklat dan permukaannya tertutup oleh oksida besi, dikenal sebagai desert
varnish.
Fenomena Hasil Proses Abrasi
Fenomena hasil proses abrasi atau korasi :
- Bevelad stone
- Polish
- Grooves
- Sculpturing (Penghiasan)
a. Bevelad stone
Beberapa sisa batuan yang dihasilkan oleh abrasi angin
yang mengandung pasir akan membentuk einkanter atau dreikanter yang
dalam Bahasa Inggris disebut single edge atau three edge.
Einkanter terbentuk dari perpotongan antara pebble yang mempunyai kedudukan
tetap dengan arah angin yang tetap (konstan). Dreikanter terbentuk dari
perpotongan antara pebble yang posisinya overturned akibat
perusakan pada bagian bawah dengan arah angin yang tetap atau dapat juga
disebabkan oleh arah angin yang berganti-ganti terhadap pebble yang
mempunyai kedudukan tetap sehingga membentuk bidang permukaan yang banyak.
b. Polish
Polish ini terbentuk pada batuan yang mempunyai ukuran butir halus
digosok oleh angin yang mengandung pasir (sand blast) atau yang
mengandung silt (silt blast), yang mempunyai kekuatan lemah, sehingga
hasilnya akan lebih mengkilat, misalnya pada kuarsit, akibat erosi secara
abrasi akan lebih mengkilat.
c. Grooves
Angin yang
mengandung pasir dapat juga menggosok dan menyapu permukaan batuan
membentuk suatu alur yang dikenal sebagai grooves. Pada daerah kering,
alur yang demikian itu sangat jelas. Alur-alur tersebut memperlihatkan
kenampakan yang sejajar dengan sisi sangat jelas.
d. Sculpturing(Penghiasan)
Banyak perbedaan bentuk topografi diakibatkan oleh
kombinasi pelapukan dan abrasi angin. Termasuk disini adalah batujamur (mushroom
rock), yaitu batu yang tererosi oleh angin yang mengandung pasir, sehingga
bentuknya menyerupai jamur (mushroom)
Bentang Alam
Hasil Pengendapan Angin
Hasil
proses pengendapan ini dibedakan menjadi 2, yaitu :
- Dune
- Loess
Diagram
yang menunjukkan arah dan gerak angin selama proses pembentukan barchan
d. Seif
Seif adalah longitudinal dune yang berbentuk barchan dengan
salah satu lengannya jauh lebih panjang akibat kecepatan angin yang lebih kuat
pada lengan yang panjang. Misalnya di Arabian Sword, seif berassosiasi
dengan barchan dan berkebalikan antara barchan menjadi seif.
Perubahan yang lain misalnya dari seif menjadi lee dune.
e. Tranversal Dune
Tranversal dune terbentuk pada daerah dengan penambahan pasir yang banyak dan kering,
angin bertiup secara tetap, misalnya pada sepanjang pantai. Pasir yang banyak
itu akan menjadi suatu timbunan pasir yang berupa punggungan atau deretan
punggungan yang melintang terhadap arah angin.
f. Complex dune
Conplek dune terbentuk pada daerah dengan angin berubah-ubah, pasir dan vegetasinya
agak banyak. Barchan, seif dan tranversal dumne yang berada
setempat-setempat akan berkembang sehingga menjadi penuh dan akan terjadi
saling overlap sehingga akan kehilangan bentuk-bentuk aslinya dan akan
mempunyai lereng yang bermacam-macam. Keadaan ini disebut sebagai complex
dune.
Menurut Emmons (1960, dalam Thornbury, 1969), dune
ini biasanya mempunyai ketinggian antara 6 m sampai 20 m, tetapi beberapa dune
dapat mencapai ketinggian beberapa puluh meter. Sedangkan kecepatan bergerak
atau berpindahnya berbeda-beda tergantung pada kondisi daerahnya. Biasanya
tidak lebih dari beberapa meter per tahun, tetapi ada juga yang samp0ai 30 m
per tahun.
Tabel pembentukan dune
(Bloom : 339)
Loess
Daerah yang luas yang tertutup material-material halus
dan lepas disebut Loess. Beberapa endapan Loess yang dijumpai di
Cina barat mempunyai ketebalan sampai beberapa ratus meter. Sedangkan di tempat
lain kebanyakan endapan loess ini hanya mencapai beberapa meter saja.
Beberapa endapan loess menutupi daerah yang sangat subur.
Penyelidikan secara mikroskopis memperlihatkan bahwa loess
berkomposisi partikel-partikel angular, dengan diameter kurang dari 0,5 mm.
Terdiri dari kuarsa, feldspar, hornblende, dan mika.
Kebanyakan
butiran-butiran tersebut dalam keadaan segar atau baru terkena pelapukan
sedikit. Kenampakan ini menunjukkan bahwa loess tersebut merupakan hasil
endapan dari debu dan lanau yang diangkut dan diendapkan oleh angin.
BAB
III
HASIL
PENGAMATAN
3.1 Bentang
Alam Eolian
Lokasi :
Waktu :
Hari/Tanggal :
Cuaca :
Deskripsi atau pengamatan ;
Bentang lahan eolian, merupakan bentang alam yang di pengaruhi oleh
angin.
Faktor – faktor yang berpengaruh terhadap pembentukan bentang alam
eolian berupa gumuk pasir adalah :
Ø
Suplai
material : suplai material yang membentuk gumuk pasir parangkusumo berasal dari
pantai parangtritis dan Gunung Merapi berupa hasil erosi, berupa suplai pasir
yang kontinue ( terus- menerus )
Mengalami proses transportasi melalui media air ( sungai ) yakni kali
opak dan terendapkan di muara, karena gelombang laut maka material pasir tadi
akan terbawa ke darat.
Ø
Intesitas
sinar matahari yang cukup : material yang mengalami proses transportasi dan di
di endapkan di muara mendapat penyinaran yang baik sehingga material pasir tersebut kering dan dapat mengalami
trasportasi kembali atau terbawa ke tempat lain.
Ø
Angin
( kecepatan angin ) : kecepatan angin berpengaruh terhadap proses pembentukan
gumuk pasir, kecepatan angin berkaitan dengan pengangkutan material pasir
ketempat dimana ia terendapkan bila kecepatan anginnya tinggi maka dapat banyak
material pasir yang di angkut dan di pindahkan dan terendapkan ke suatu tempat
yang memungkinkan sebagai tempat terbentuknya gumuk pasir, sebaliknya bila
kecepatan angin rendah maka akan cukup sulit mengankut atau memindahkan
material pasir yang ada. Dalam pembentukan gumuk pasir Parangkusumo berupa
angin dari tenggara ke barat laut.
Ø
Ada
faktor penghalang : factor penghalang yang di maksudkan dapat berupa vegetasi dan perbukitan terjal,
rumah , yang dapat menghalangi perpindahan material pasir sehingga material
tersebut hanya terus menumpuk atau terendapkan di satu tempat. Karena angin
tidak mampu lagi membawa material pasir dan terendapkan di daerah pengamatan
yang terbentuk berupa gumuk pasir parangkusumo.
Yang dapat di kaitkan dengan terbentuknya gumuk pasir
parangkusumo yakni bersifat konstrusional : membangun, yaitu dapat terlihat
seperti daerah gumuk pasir parangkusumo, sifat yang berlawanan adalah
destruksional yaitu menggerus seperti kenampakan batuan seperti jamur yang
mengalami pengikisan diakibatkan erosi
oleh angin.
Bentang alam merine dapat juga berpengruh pada
pembentukan gumuk pasir parangkusumo, di mana daerah gumuk pasir letaknya cukup
dekat dengan pantai parangtritis, berkaiatan dalam menbantu proses pemasokan
material pasir dan proses transportasi atau pengangkutan material pasir tersebut.
Bentuk – bentuk gumuk pasir yang di pengaruhi oeleh arah angin :
Ø
Barcan : yaitu arah angin berasal dari sisi yang
landai
Ø
Trasfersal
: yaitu arah angin tegak lurus dari punngung gumuk pasir
Ø
Parabolic
: yaitu arah angi yang berasal dari sisi yang terjal
Ø
Longitudinal
: yaitu arah angin sejajar dengan arah anginya
Ø
Starjunes
: yaitu arah angin yang dating dari arah yang berbeda – beda.
Pada daerah Gumuk Pasir Parangkusumo bentuk gumuk
pasir yang di bentuk berupa barcan yaitu berupa arah angin dari tenggara ke
batar laut
Vegetasi yang berkembang berupa vegetasi jenis
berduri, mempunyai lapisan lilin, dan dapat hidup di daerah gumuk pasir .
Morfogenesa : gumuk pasir yang di bentuk berupa
barcan, dengan arah angin dari tenggra ke barat laut, dengan suplai material
dari Gunung Merapi yang tererosi dan mengalami pelapukan lalu tertransport
melalui media air berupa kali opak dan di endapkan di muara lalu oleh gelombang
laut dan melalui media angin terbawa kedarat dan terendapkan di sutu tempat.
Slop :
Sketsa
:
3.2
Bentang
Alam Struktural
Lokasi
:
Waktu :
Hari/Tanggal :
Cuaca :
Deskripsi atau pengamatan ;
Beda tinggi : ± 50 m
Bentuk sudut :
Proses eksogenik : ada
·
Tingkat
pelapukan : sedang
·
Tingkat
erosi : rendah
·
Tingkat
sedimentasi : rendah
·
Tingkat
transportasi : rendah
No comments:
Post a Comment