Friday, March 10, 2017

PETROLOGI BATUAN BEKU DAN BATUAN GUNUNG API



TUGAS PRAKTIKUM PETROLOGI
BATUAN BEKU DAN BATUAN GUNUNG API

Description: D:\GAMBAR\lambang256.png


Disusun Oleh :
MENTARI HANDAYANI YUNUS
410014144



JURUSAN TEKNIK GEOLOGI
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL YOGYAKARTA
2015



DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL                                    ……………………………………………………    1
KATA PENGANTAR                     ……………………………………………………    2
DAFTAR ISI                                     ……………………………………………………    3
BAB I PENDAHULUAN                ……………………………………………………    4
A. Latar Belakang                ……………………………………………………    4
            B. Rumusan Masalah           ……………………………………………………    5
            C. Tujuan Penulisan             ……………………………………………………    5
BAB II BATUAN BEKU                ……………………………………………………    6
            A. Pengertian Batuan Beku ……………………………………………………    6
            B. Tekstur Batuan Beku      ……………………………………………………    7
            C. Struktur Batuan Beku     ……………………………………………………    10
            D. Komposisi Mineral           ……………………………………………………    12
            E. Klasifikasi Batuan Beku  ..………………………………………………….     13
BAB III DESKRIPSI DAN PETROGENESA   ……………………………………...   29
BAB IV KESIMPULAN                 …………………………………………………...     29
DAFTAR PUSTAKA                      …………………………………………………...     30













BAB I
PENDAHULUAN
A.                Latar Belakang
Petologi merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari batuan pembentuk kulit bumi, yang mencakup mengenai cara terjadinya, komposisi, klasifikasi batuan tersebut serta hubungannya dengan proses-proses geologi dan sejarah geologinya.
Batuan beku adalah batuan yang terbentuk langsung dari permukaan magma. Proses pembentukan tersebut merupakan proses perubahan fase padat. Proses pembentukan magma akan menghasilkan kristal-kristal mineral primer atau gelas. Proses pembentukan magma akan sangat berpengaruh terhadap tekstur dan struktur primer batuan, sedangkan komposisi batuan sangat di pengaruhi oleh sifat magma asal.
Seperti namanya, batuan “beku”. Ya dia terbentuk karena adanya proses pembekuan tepatnya pendinginan atau lebih tepatnya penurunan suhu dari larutan pijar yang super panas (kalo buat mie rebus bakalan cukup buat 2 ton) yaitu MAGMA. Magma yaitu cairan pijar yang berada di dalam bumi yang sangat panas, suhunya bisa sampai 1400oC itu dari literature. Kembali ke batuan beku. Batuan beku sendiri berdasarkan diagenensanya dibagi menjadi 2 macam. Yaitu batuan beku intrusive dan batuan beku ekstrusive. Batuan beku intrusive berarti dia terbentuk di dalam bumi. Artinya dia tidak berinteraksi dengan permukaan bumi dan dia membeku di dalam bumi. Batuan jenis ini biasanya punya tekstur mineral yang gede (faneritik) karena proses pembentukkan mineral tersebut berlangsung lama. Artinya penurunan suhu yang terjadi pada magma tersebut dapat memungkinkan sebuah mineral untuk bisa tumbuh secara optimal pada saat tertentu. Biasanya faneritik itu ukurannya lebih dari 2 mm.  Nah, kembali ke magma, magma sendiri katanya bisa menyusup melalui rekahan-rekahan batuan disekitarnya dan dapat juga memotong perlapisan. Bentuk-bentuk yang memotong struktur batuan disekitarnya disebut diskordan dan yang searah mendatar disebut konkordan.
Pada saat penurunan suhu akan melewati tahapan perubahan dari fase cair ke padat. Apabila pada saat itu terdapat cukup energi pembentukan kristal maka akan terbentuk kristal-kristal mineral berukuran besar. Sedangkan bila energi pembentukan rendah maka akan terbentuk kristal yang berukuran halus. Bila pendinginan berlangsung sangat cepat maka kristal tidak akan terbentuk dan cairan magma membeku menjadi gelas.

B.        Rumusan Masalah
Rumusan masalah di dapat pada latar belakang yang sudah teruraikan di atas sebelumnya, maka di dapatkan rumusan masalahnya adalah :
1. Apa itu batuan beku ?
2. Tekstur batuan beku ?
3. Struktur batuan beku ?
4. Komposisi mineral batuan beku ?
5. Klasifikasi batuan beku ?
6. Apa Pengertian dari Batuan Gunung Api (Piroklastik) ?
7. Apa Struktur dari Batuan Piroklastik ?
8. Apa Tekstur dari Batuan Piroklastik ?
9. Apa Komposisi Batuan Piroklastik ?

C         Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah petrologi serta sebagai bahan pembelajaran dalam perkuliahan.














BAB II
BATUAN BEKU

A.                Pengertian Batuan Beku
Batuan beku atau batuan igneus(dari Bahasa Latin: ignis, "api") adalah jenis batuan yang terbentuk dari magma yang mendingin dan mengeras, dengan atau tanpa proses kristalisasi, baik di bawah permukaan sebagai batuan intrusif (plutonik) maupun di atas permukaan sebagai batuan ekstrusif (vulkanik). Magma ini dapat berasal dari batuan setengah cair ataupun batuan yang sudah ada, baik di mantel ataupun kerak bumi. Umumnya, proses pelelehan terjadi oleh salah satu dari proses-proses berikut: kenaikan temperatur, penurunan tekanan, atau perubahan komposisi. Lebih dari 700 tipe batuan beku telah berhasil dideskripsikan, sebagian besar terbentuk di bawah permukaan kerak bumi.
Description: C:\Users\iNTEL\Documents\beuku gmbar.gif
Add caption
Magma ini dapat berasal dari batuan setengah cair ataupun batuan yang sudah ada, baik di mantel ataupun kerak bumi. Umumnya, proses pelelehan dapat terjadi karena salah satu dari proses-proses berikut ini ; penurunan tekanan, kenaikan temperatur, atau perubahan komposisi. Lebih dari 700 tipe batuan beku telah berhasil dideskripsikan, dan sebagian besar batuan beku tersebut terbentuk di bawah permukaan kerak bumi.
Berdasarkan keterangan dari para ahli seperti Bapak Turner dan Verhoogen tahun 1960, Bapak F.F Groun Tahun 1947, Bapak Takeda Tahun 1970, magma didefinisikan atau diartikan sebagai cairan silikat kental pijar yang terbentuk secara alami, memiliki temperatur yang sangat tinggi yaitu antara 1.500 sampai dengan 2.500 derajat celcius serta memiliki sifat yang dapat bergerak dan terletak di kerak bumi bagian bawah. Dalam magma terdapat bahan-bahan yang terlarut di dalamnya yang bersifat volatile / gas (antara lain air, co2, chlorine, fluorine, iro, sulphur dan bahan lainnya) yang magma dapat bergerak, dan non-volatile / non gas yang merupakan pembentuk mineral yang umumnya terdapat pada batuan beku.
Dalam perjalanan menuju bumi magma mengalami penurunan suhu, sehingga mineral-mineral pun akan terbentuk. Peristiwa ini disebut dengan peristiwa penghabluran
Pada saat magma mengalami penurunan suhu akibat perjalanan ke permukaan bumi, maka mineral-mineral akan terbentuk. Peristiwa tersebut dikenal dengan peristiwa penghabluran. Berdasarkan penghabluran mineral-mineral silikat (magma), oleh NL. Bowen disusun suatu seri yang dikenal dengan Bowen’s Reaction Series.

B.                 Tekstur Batuan Beku
Tekstur didefinisikan sebagai keadaan atau hubungan yang erat antar mineral-mineral sebagai bagian dari batuan dan antara mineral-mineral dengan massa gelas yang membentuk massa dasar dari batuan. Tekstur pada batuan beku umumnya ditentukan oleh tiga hal yang penting, yaitu:
1.  Kristalinitas
Kristalinitas adalah derajat kristalisasi dari suatu batuan beku pada waktu terbentuknya batuan tersebut. Kristalinitas dalam fungsinya digunakan untuk menunjukkan berapa banyak yang berbentuk kristal dan yang tidak berbentuk kristal, selain itu juga dapat mencerminkan kecepatan pembekuan magma. Apabila magma dalam pembekuannya berlangsung lambat maka kristalnya kasar. Sedangkan jika pembekuannya berlangsung cepat maka kristalnya akan halus, akan tetapi jika pendinginannya berlangsung dengan cepat sekali maka kristalnya berbentuk amorf. Dalam pembentukannnya dikenal tiga kelas derajat kristalisasi, yaitu:
a.  Holokristalin, yaitu batuan beku dimana semuanya tersusun oleh kristal. Tekstur holokristalin adalah karakteristik batuan plutonik, yaitu mikrokristalin yang telah membeku di dekat permukaan.
b.Hipokristalin, yaitu apabila sebagian batuan terdiri dari massa gelas dan sebagian lagi terdiri dari massa kristal.
c.  Holohialin, yaitu batuan beku yang semuanya tersusun dari massa gelas. Tekstur holohialin banyak terbentuk sebagai lava (obsidian), dike dan sill, atau sebagai fasies yang lebih kecil dari tubuh batuan.

2.   Granularitas
Granularitas didefinisikan sebagai besar butir (ukuran) pada batuan beku. Pada umumnya dikenal dua kelompok tekstur ukuran butir, yaitu:
a)   Fanerik/fanerokristalin, besar kristal-kristal dari golongan ini dapat dibedakan satu sama lain secara megaskopis dengan mata biasa. Kristal-kristal jenis fanerik ini dapat dibedakan menjadi:
1.  Halus (fine), apabila ukuran diameter butir kurang dari 1 mm.
2.  Sedang (medium), apabila ukuran diameter butir antara 1 – 5 mm.
3.  Kasar (coarse), apabila ukuran diameter butir antara 5 – 30 mm.
4.Sangat kasar (very coarse), apabila ukuran diameter butir lebih dari 30 mm.
b)   Afanitik, Besar kristal-kristal dari golongan ini tidak dapat dibedakan dengan mata biasa sehingga diperlukan bantuan mikroskop. Batuan dengan tekstur afanitik dapat tersusun oleh kristal, gelas atau keduanya. Dalam analisis mikroskopis dapat dibedakan:
1.  Mikrokristalin, apabila mineral-mineral pada batuan beku bisa diamati dengan bantuan mikroskop dengan ukuran butiran sekitar 0,1 – 0,01 mm.
2.Kriptokristalin, apabila mineral-mineral dalam batuan beku terlalu kecil untuk diamati meskipun dengan bantuan mikroskop. Ukuran butiran berkisar antara 0,01 – 0,002 mm.
3. Amorf/glassy/hyaline, apabila batuan beku tersusun oleh gelas.

3.   Bentuk Kristal
Bentuk kristal adalah sifat dari suatu kristal dalam batuan, jadi bukan sifat batuan secara keseluruhan. Ditinjau dari pandangan dua dimensi dikenal tiga bentuk kristal, yaitu:
a.  Euhedral, apabila batas dari mineral adalah bentuk asli dari bidang kristal.
b.  Subhedral, apabila sebagian dari batas kristalnya sudah tidak terlihat lagi.
c.  Anhedral, apabila mineral sudah tidak mempunyai bidang kristal asli.

Ditinjau dari pandangan tiga dimensi, dikenal empat bentuk kristal, yaitu:
a.  Equidimensional, apabila bentuk kristal ketiga dimensinya sama panjang.
b.  Tabular, apabila bentuk kristal dua dimensi lebih panjang dari satu dimensi yang lain.
c.  Prismitik, apabila bentuk kristal satu dimensi lebih panjang dari dua dimensi yang lain.
d.  Irregular, apabila bentuk kristal tidak teratur.


4.    Hubungan Antar Kristal
Hubungan antar kristal atau disebut juga relasi didefinisikan sebagai hubungan antara kristal/mineral yang satu dengan yang lain dalam suatu batuan. Secara garis besar, relasi dapat dibagi menjadi dua, yaitu:
a)  Equigranular, yaitu apabila secara relatif ukuran kristalnya yang membentuk batuan berukuran sama besar. Berdasarkan keidealan kristal-kristalnya, maka equigranular dibagi menjadi tiga, yaitu:
1.  Panidiomorfik granular, yaitu apabila sebagian besar mineral-mineralnya terdiri dari mineral-mineral yang euhedral.
2.  Hipidiomorfik granular, yaitu apabila sebagian besar mineral-mineralnya terdiri dari mineral-mineral yang subhedral.
3.  Allotriomorfik granular, yaitu apabila sebagian besar mineral-mineralnya terdiri dari mineral-mineral yang anhedral.

b)  Inequigranular, yaitu apabila ukuran butir kristalnya sebagai pembentuk batuan tidak sama besar. Mineral yang besar disebut fenokris dan yang lain disebut massa dasar atau matrik yang bisa berupa mineral atau gelas.

C.                Struktur Batuan Beku
            Beasarkan  empat pembekuannya batuan beku dibedakan menjadi batuan beku extrusif dan intrusif. Hal ini pada nantinya akan menyebabkan perbedaan pada tekstur masing masing batuan tersebut. Kenampakan dari batuan beku yang tersingkap merupakan hal pertama yang harus kita perhatikan. Kenampakan inilah yang disebut sebagai struktur batuan beku

a) Struktur batuan beku ekstrusif
Batuan beku ekstrusif adalah batuan beku yang proses pembekuannya berlangsung di permukaan bumi. Batuan beku ekstrusif ini yaitu lava yang memiliki berbagia struktur yang memberi petunjuk mengenai proses yang terjadi pada saat pembekuan lava tersebut. Struktur ini di antaranya:
1.  Masif, yaitu struktur yang memperlihatkan suatu masa batuan yang terlihat seragam.
2.  Sheeting joint, yaitu struktur batuan beku yang terlihat sebagai lapisan.
3.  Columnar joint, yaitu struktur yang memperlihatkan batuan terpisah poligonal seperti batang pensil.
4.  Pillow lava, yaitu struktur yang menyerupai bantal yang bergumpal-gumpal. Hal ini diakibatkan proses pembekuan terjadi pada lingkungan air.
5.  Vesikular, yaitu struktur yang memperlihatkan lubang-lubang pada batuan beku. Lubang ini terbentuk akibat pelepasan gas pada saat pembekuan.
6.  Amigdaloidal, yaitu struktur vesikular yang kemudian terisi oleh mineral lain seperti kalsit, kuarsa atau zeolit.
7.  Struktur aliran, yaitu struktur yang memperlihatkan adanya kesejajaran mineral pada arah tertentu akibat aliran


b)  Struktur Batuan Beku Intrusif
            Batuanbku intrusif batuaneku yang proses pembekuannya berlangsung di bawah permukaan bumi. berdasarkan kedudukannya terhadap perlapisan batuan yang diterobosnya struktur tubuh batuan beku intrusif terbagi menjadi dua yaitu konkordan dan diskordan.

1. Konkordan
         Tubuhatuan beku intrusif yang sejajar dengan perlapisan di sekitarnya, jenis jenis dari tubuh batuan ini yaitu :
·         Sill, tubuh batuan yang berupa lembaran dan sejajar dengan perlapisan batuan di sekitarnya.
·         Laccolith, tubuh batuan beku yang berbentuk kubah (dome), di mana perlapisan batuan yang asalnya datar menjadi melengkung akibat penerobosan tubuh batuan ini, sedangkan bagian dasarnya tetap datar. Diameter laccolih berkisar dari 2 sampai 4 mil dengan kedalaman ribuan meter.
·         Lopolith, bentuk tubuh batuan yang merupakan kebalikan dari laccolith, yaitu bentuk tubuh batuan yang cembung ke bawah. Lopolith memiliki diameter yang lebih besar dari laccolith, yaitu puluhan sampai ratusan kilometer dengan kedalaman ribuan meter.
·         Paccolith, tubuh batuan beku yang menempati sinklin atau antiklin yang telah terbentuk sebelumnya. Ketebalan paccolith berkisar antara ratusan sampai ribuan kilometer
2.  Diskordan
     ubuh batuan beku intrusif yang memotong perlapisan batuan di sekitarnya. Jenis-jenis tubuh batuan ini yaitu:
·         Dyke, yaitu tubuh batuan yang memotong perlapisan di sekitarnya dan memiliki bentuk tabular atau memanjang. Ketebalannya dari beberapa sentimeter sampai puluhan kilometer dengan panjang ratusan meter.
·         Batolith, yaitu tubuh batuan yang memiliki ukuran yang sangat besar yaitu > 100 km2 dan membeku pada kedalaman yang besar.
·         Stock, yaitu tubuh batuan yang mirip dengan Batolith tetapi ukurannya lebih kecil
    
D.                Komposisi Mineral
            Berdasarkan jumlah kehadiran dan asal-usulnya, maka di dalam batuan beku terdapat mineral utama pembentuk batuan (essential minerals), mineral tambahan (accessory minerals) dan mineral sekunder (secondary minerals).
a)      Essential minerals, adalah mineral yang terbentuk langsung dari pembekuan magma, dalam jumlah melimpah sehingga kehadirannya sangat menentukan nama batuan beku.
b)      Accessory minerals , adalah mineral yang juga terbentuk pada saat pembekuan magma tetapi jumlahnya sangat sedikit sehingga kehadirannya tidak mempengaruhi penamaan batuan. Mineral ini misalnya kromit, magnetit, ilmenit, rutil dan zirkon. Mineral esensiil dan mineral tambahan di dalam batuan beku tersebut sering disebut sebagai mineral primer, karena terbentuk langsung sebagai hasil pembekuan daripada magma.
c)      Secondary minerals adalah mineral ubahan dari mineral primer sebagai akibat pelapukan, reaksi hidrotermal, atau hasil metamorfisme. Dengan demikian mineral sekunder ini tidak ada hubungannya dengan pembekuan magma. Mieral sekunder akan dipertimbangkan mempengaruhi nama batuan ubahan saja, yang akan diuraikan pada acara analisis batuan ubahan. Contoh mineral sekunder adalah kalsit, klorit, pirit, limonit dan mineral lempung.
d)     Gelas atau kaca, adalah mineral primer yang tidak membentuk kristal atau amorf. Mineral ini sebagai hasil pembekuan magma yang sangat cepat dan hanya terjadi pada batuan beku luar atau batuan gunungapi, sehingga sering disebut kaca gunungapi (volcanic glass).
e)      Mineral felsik adalah adalah mineral primer atau mineral utama pembentuk batuan beku, berwarna cerah atau terang, tersusun oleh unsur-unsur Al, Ca, K, dan Na. Mineral felsik dibagi menjadi tiga, yaitu felspar, felspatoid (foid) dan kuarsa. Di dalam batuan, apabila mineral foid ada maka kuarsa tidak muncul dan sebaliknya. Selanjutnya, felspar dibagi lagi menjadi alkali felspar dan plagioklas.
f)       Mineral mafik adalah mineral primer berwarna gelap, tersusun oleh unsur-unsur Mg dan Fe. Mineral mafik terdiri dari olivin, piroksen, amfibol (umumnya jenis hornblende), biotit dan muskovit.
            Pemberian dan pengenalan mineral pembentuk batuan beku tersebut secara megaskopik sudah harus dikuasai oleh para praktikan, seperti diberikan pada kuliah dan praktikum kristalografi-mineralogi serta dipraktekkan lagi pada acara I pengenalan mineral pembentuk batuan, praktikum petrologi ini. Untuk mengetahui genesa masing-masing mineral pembentuk batuan tersebut di atas, praktikan dianjurkan untuk mempelajari Reaksi Seri Bowen yang terdapat di dalam buku-buku literatur Petrologi (misal Middlemost, 1985, Magmas and magmatic rocks, Longman, Inc., London, 266 p).

E.                 Klasifikasi Batuan Beku
            Batuan beku dapat diklasifikasikan berdasarkan cara terjadinya, kandungan SiO2, dan indeks warna. Dengan demikian dapat ditentukan nama batuan yang berbeda-beda meskipun dalam jenis batuan yang sama, menurut dasar klasifikasinya.
            Klasifikasi berdasarkan cara terjadinya, menurut Rosenbusch (1877-1976) batuan beku dibagi menjadi:
a)      Effusive rock, untuk batuan beku yang terbentuk di permukaan.
b)      Dike rock, untuk batuan beku yang terbentuk dekat permukaan.
c)      Deep seated rock, untuk batuan beku yang jauh di dalam bumi. Oleh W.T. Huang (1962), jenis batuan ini disebut plutonik, sedang batuan effusive disebut batuan vulkanik.

Klasifikasi berdasarkan kandungan SiO2 (C.L. Hugnes, 1962), yaitu:
a)      Batuan beku asam, apabila kandungan SiO2 lebih dari 66%. Contohnya adalah riolit.
b)     Batuanbeku intermediate, apabila kandungan SiO2 antara 52% - 66%. Contohnya adalah dasit.
c)      Batuan beku basa, apabila kandungan SiO2 antara 45% - 52%. Contohnya adalah andesit.
d)     Batuan beku ultra basa, apabila kandungan SiO2 kurang dari 45%. Contohnya adalah basalt.

Klasifikasi berdasarkan indeks warna ( S.J. Shand, 1943), yaitu:
a)      Leucoctaris rock, apabila mengandung kurang dari 30% mineral mafik.
b)      Mesococtik rock, apabila mengandung 30% - 60% mineral mafik.
c)      Melanocractik rock, apabila mengandung lebih dari 60% mineral mafik.

            Sedangkan menurut S.J. Ellis (1948) juga membagi batuan beku berdasarkan indeks warnanya sebagai berikut:
a)      Holofelsic, untuk batuan beku dengan indeks warna kurang dari 10%.
b)      Felsic, untuk batuan beku dengan indeks warna 10% sampai 40%.
c)      Mafelsic, untuk batuan beku dengan indeks warna 40% sampai 70%.
d)     Mafik, untuk batuan beku dengan indeks warna lebih dari 70%.
Klasifikasi Batuan Beku Berdasarkan Komposisi Kimia:
            Menurut Hulburt (1977)Pembagian batuan bekuberdasarkan komposisi ini telah lama menjadi standar dalam geologi, dan di bagi dalam empat golongan yaitu :


a)      Batuan Beku Asam
Termasuk golongan ini bila batuan beku tersebut mengandung silika (SiO2)  lebih dari 66%.contoh batuan ini dalah Granit dan Ryolit. Batuan yang tergolong kelompok ini mempunyai warna terang (cerah) karena (SiO2) yang kaya akan menghasilkan batuan dengan kandungan kuarsa, dan alkali feldspar dengan atau tanpa muskovit.
b)      Batuan  Beku Menengah (intermediat)
Apabila batauan tersebut mengandung 52 – 66% silika maka termasuk dalam kelas ini. Batuan ini akan berwarnagelap karena tingginya kandungan mineral feromagnesia. Contoh batuan ini adalah Diorit dan Andesit.
c)      Batuan Beku Basa
Yang termasuk kelompok batuan beku ini adalah bataun yang mengandung 45 – 52% silika. Batuan ini akan memiliki warna hitam kehijauan karena terdapat kandungan mineral olivine. Contoh batuan ini adalah Gabbro dan Basalt.
d)     Batuan Beku Ultra Basa
Golongan batuan beku ini adalah apabila bataun beku mengnadung 45% SiO2 . Warna batuan ini adalah hijau kelam karena tidak terdapat silika bebas sebagai kuarsa. Contoh batuan ini adalah Peridotit dan Dunit.
Klasifikasi Batuan Beku Berdasarkan Mineralogi
            Analisa kimia batuan beku itu pada umumnya memakan waktu, maka sebagian besarklasifikasi batuan beku berdasarkan atas susunan mineral dari batuan itu. Mineral-mineral yang biasanya dipergunakan ialah mineral kuarsa, plagioklas, potassium feldspar dan foid untuk mineral felsik. Sedangkan untuk mafik mineral biasanya mineral amphibol, piroksen, dan olivine (Graha 1987).
Klasifikasi  ini sering digunakan, karena relatif lebih mudah dapat dilihat dengan kasat mata, klasifikasi ini didasarkan kepada susunan mineral dipadukan dengan tekstur.

            Pada gambar diatas diperlihatkan pengelompokan batuan beku dalam bagan, berdasarkan susunan mineralogi. Gabro adalah batuan beku dalam dimana sebagian besar mineral-mineralnya adalah olivine dan piroksin. Sedangkan Felsparnya terdiri dari felspar plagioklas Ca. Teksturnya kasar atau phanerik, karena mempunyai waktu pendinginan yang cukup lama didalam litosfir. Kalau dia membeku lebih cepat karena mencapai permukaan bumi, maka batuan beku yang terjadi adalah basalt dengan tekstur halus. Jadi Gabro dan Basalt keduanya mempunyai susunan mineral yang sama, tetapi teksturnya berbeda. Demikian pula dengan Granit dan Rhyolit, atau Diorit dan Andesit. Granit dan Diorit mempunyai tekstur yang kasar, sedangkan Rhyolit dan Andesit, halus. Basalt dan Andesit adalah batuan beku yang banyak dikeluarkan gunung-berapi, sebagai hasil pembekuan lava.
Klasifikasi yang didasarakan atas mineralogi dan tekstur akan lebih dapat mencerminkan sejarah pembentukan batuan daripada atas dasar komposisi kimia. Tekstur batuan beku adalah mengambarkan keadaan yang mempengaruhi pembentukan batuan itu sendiri. Seperti tekstur granular memberi arti akan keadaan yang serba sama, sedangkan tekstur porfiritik memberikan artibahwa terjadi dua generasi pembentukan mineral. Dan tekstur afanitik mengambarkan pembekuan yang cepat (Graha, 1987).

Warna Batuan : Abu keputihan
Granularitas : Fanerik
Genesa Batuan : Ekstrusif
Komposisi Mineral : Ortoklas, dan Kuarsa
Jenis Batuan : Beku Asam
Nama Batuan : Granodiorit



Warna Batuan : Putih kecoklatan
Granularitas : Afanitik
Genesa Batuan : Ekstrusif
Komposisi Mineral : Ortoklas, dan Kuarsa
Jenis Batuan : Beku Asam
Nama Batuan : Riolit



Warna Batuan : Putih bintik hitam
Granularitas : Fanerik
Genesa Batuan : Intrusif
Komposisi Mineral : Hornblende, dan Feldspar
Jenis Batuan : Beku Asam
Nama Batuan : Granit





Warna Batuan : Putih bintik abu
Granularitas : Fanerik
Genesa Batuan : Intrusif
Komposisi Mineral : Hornblende, dan Feldspar
Jenis Batuan : Beku Asam
Nama Batuan : niorite




Warna batuan : cream kecoklatan
Granularitas : fanerik
Genesa batuan : intrusif
Komposisi mineral : kuarsa
Jenis batuan : asam
Nama batuan : pumice



Warna Batuan : Coklat bintik hitam
Granularitas : Afanitik
Genesa Batuan : Ekstrusif
Komposisi Mineral : Biotit, dan Plagioklas
Jenis Batuan : Beku Asam
Nama Batuan : Dacite



Warna batuan : cream keabu-abuan
Granularitas : fanerik
Genesa batuan : intrusif
Komposisi mineral : kuarsa, biotit
Jenis batuan : asam
Nama batuan : pegmatite



Warna batuan : abu-abuan
Granularitas : fanerik
Genesa batuan : intrusif
Komposisi mineral : kuarsa, plagioklas
Jenis batuan : asam
Nama batuan : Tonalite



Warna batuan : Perak keabu-abuan
Granularitas : fanerik
Genesa batuan : intrusif
Komposisi mineral : kuarsa, plagioklas
Jenis batuan : asam
Nama batuan : Syenit



Warna batuan : Abu kehijauan
Granularitas : fanerik
Genesa batuan : intrusif
Komposisi mineral : kuarsa, plagioklas
Jenis batuan : asam
Nama batuan : Kimberlite



Warna Batuan : Putih bintik coklat
Granularitas : Fanerik
Genesa Batuan : Ekstrusif
Komposisi Mineral : Plagioklas, dan Piroksin
Jenis Batuan : Beku Intermediet
Nama Batuan : Monzonit


Warna Batuan : Abu-abu kecoklatan
Granularitas : Porfori afanitik
Genesa Batuan : Intrusif
Komposisi Mineral : Hornblende, dan Feldspar
Jenis Batuan : Beku Intermediet
Nama Batuan : Andesit porfori



Warna Batuan : Hitam bintik puith
Granularitas : Fanerik
Genesa Batuan : Intrusif
Komposisi Mineral : Hornblende, dan Biotit
Jenis Batuan : Beku Intermediet
Nama Batuan : Diorit



Warna Batuan : Abu-abu cerah
Granularitas : Afanitik
Genesa Batuan : Intrusif
Komposisi Mineral : Hornblende, dan Feldspar
Jenis Batuan : Beku Intermediet
Nama Batuan : Andesit 

No comments:

Post a Comment